
Berita Otomotif dan Dunia Balap – Indonesia kembali dikejutkan oleh sebuah tragedi kecelakaan maut yang terjadi pada 4 Februari 2025 di Gerbang Tol Ciawi 2, Jalan Tol Ruas Jagorawi. Insiden ini melibatkan truk yang melanggar aturan Over Di mension Over Load (ODOL), mengingatkan kita akan urgensi penertiban kebijakan Zero ODOL di Indonesia. Kecelakaan ini Tragedi Kecelakaan bukan hanya masalah kecelakaan tunggal, namun menyuarakan dampak besar yang di timbulkan oleh pelanggaran ODOL di jalan raya, yang menyangkut keselamatan, ekonomi, dan lingkungan.
Mengapa Pelanggaran ODOL Bisa Membahayakan?
Pelaksanaan pelanggaran ODOL di jalan raya memunculkan sejumlah bahaya besar. Salah satu dampak utama adalah berkurangnya kemampuan pengereman truk yang melanggar beban dan dimensi yang di tentukan. “Kalau dia normal speed, berarti risikonya pengereman tidak akan maksimal. Sehingga untuk menyiasatinya mereka melakukan perjalanan under speed,” kata Rio, seorang pakar transportasi. Banyak truk yang berjalan dengan kecepatan lebih rendah dari batas minimal, menciptakan perbedaan kecepatan yang berbahaya antara truk dan kendaraan lainnya.
Kondisi ini mengganggu alur lalu lintas dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan. Dalam hal ini, truk ODOL menjadi pemicu utama terjadinya insiden fatal, yang sering kali melibatkan kendaraan lain dan menghancurkan infrastruktur jalan. Kasus kecelakaan di Ciawi menjadi contoh nyata bahwa pelanggaran ODOL tidak bisa di anggap remeh.
Dampak Ekonomi dan Ketergantungan Energi
Selain keselamatan, dampak lain yang muncul akibat truk ODOL adalah pemborosan bahan bakar. Truk yang membawa beban melebihi kapasitas kendaraan tentu membutuhkan lebih banyak energi untuk bergerak. Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal), mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, truk menyerap hampir 30 persen dari total pasokan BBM nasional. Angka ini menjadikan truk sebagai penyedot terbesar BBM setelah sepeda motor.
Pemborosan bahan bakar yang di sebabkan oleh truk ODOL semakin memperburuk ketergantungan Indonesia pada energi fosil yang tidak terbarukan. Tidak hanya berdampak pada perekonomian, tetapi juga merusak lingkungan dengan emisi gas rumah kaca yang semakin tinggi. Oleh karena itu, kebijakan Zero ODOL menjadi solusi yang sangat mendesak untuk mengurangi pemborosan bahan bakar dan ketergantungan pada sumber energi yang merusak lingkungan.
Penegakan Hukum yang Tegas: Langkah Awal Menuju Zero ODOL
Melihat dampak besar dari pelanggaran ODOL, penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku pelanggaran menjadi langkah yang tak bisa di tunda lagi. Ahmad Safrudin kembali menegaskan pentingnya tindakan nyata untuk mewujudkan kebijakan Zero ODOL. “Tak bisa di tawar lagi, penertiban pelanggaran ODOL adalah keharusan,” ujarnya. Ia pun mendesak Menteri Perhubungan untuk melakukan penegakan hukum yang ketat terhadap truk ODOL demi tercapainya Zero ODOL secara mutlak.
Salah satu langkah yang di anggap paling efektif adalah penegakan hukum di area jalan tol. Karena jalan tol memiliki cluster yang lebih mudah di atur, kendaraan yang masuk dapat lebih mudah di awasi. Penertiban yang tegas di jalan tol dapat menjadi langkah awal untuk menurunkan pelanggaran ODOL secara signifikan.
Menatap Masa Depan yang Lebih Aman dan Efisien
Sebagai negara dengan infrastruktur transportasi yang berkembang pesat, Indonesia harus serius dalam menanggulangi pelanggaran ODOL. Kebijakan Zero ODOL bukan hanya menyangkut keselamatan di jalan raya, tetapi juga berhubungan erat dengan efisiensi energi dan keberlanjutan lingkungan. Langkah nyata dalam penegakan hukum, di tambah dengan kesadaran bersama dari masyarakat dan pihak terkait, akan membuka jalan bagi Indonesia untuk menciptakan transportasi yang lebih aman, efisien, dan ramah lingkungan.
Sumber : Kompas.com